You’re My Angel

youre my angel copy

You’re My Angel

“I Found You in Devil Nest”

By :

FebbyFatma

Cast :

  • Lee Donghae Super Junior
  • Nam Jihyun 4Minute
  • Eunhyuk Super Junior
  • Nona Nay (OC)
  • Hyuna 4Minute
  • Gayoon 4Minute

∴∴∴∴

“Kukira semua orang yang sepertimu itu iblis. Ternyata ada juga malaikat di sarang iblis.”

 

∴∴∴∴

“Nona Nay, bisa kau berikan temanku yang satu ini seorang teman untuk malam ini?” Eunhyuk, pria yang di kanan-kirinya sudah bersandar dua orang wanita cantik dengan pakaian sexy itu menunjuk temannya yang duduk sendiri di depannya.

“Baiklah, kau ingin yang seperti apa?” Tanya wanita yang tadi di panggil oleh Eunhyuk dengan sebutan Nona Nay pada teman Eunhyuk yang hanya cuek dan terfokus pada botol bir di depannya.

“Terserah kau saja.” Sahut Donghae, teman Eunhyuk yang hanya sibuk dengan botol birnya.

Nona Nay pergi meninggalkan dua bersahabat itu. Saat ini mereka ada di sebuah Bar yang terkenal dikalangan orang kaya. Bar yang terkesan baik bagi yang baru mengenalnya, tapi bagi yang sudah sangat mengenalnya, mereka akan tahu apa saja yang disiapkan Bar ini.

Eunhyuk melepas rangkulannya dari dua wanita cantik nan sexy yang tadi terus saja bermanja padanya. Dia merebut botol ketiga yang baru saja ingin Donghae buka.

“Aku tidak mungkin mengantarmu ke hotel.” Ucap Eunhyuk saat menaruh botol itu di meja lagi.

Donghae ingin mengambil botol itu lagi tapi Eunhyuk lebih cepat darinya. “Kau tidak mungkin menyetir kalau mabuk. Bodoh!” Omel Eunhyuk yang kemudian memberikan botol bir itu pada wanita di sebelah kirinya.

“Aku masih ingin minum. Sinikan botolnya.” Rancau Donghae.

Eunhyuk hanya menggeleng melihat tingkah sahabatnya ini. Dia tahu betapa Donghae menderita selama ini, tapi dia tidak pernah bisa memuat sahabatnya itu baik-baik saja. Hanya Donghae yang selalu berusaha baik-baik saja di depan Eunhyuk. Tapi Eunhyuk tidak bodoh.

“Malam ini kau harus benar-benar membebaskan dirimu.” Ucap Eunhyuk pelan tapi tepat di samping telinga Donghae yang menelungkupkan kepalanya di atas meja.

“Kalau begitu biarkan aku lebih mabuk lagi.” Sahut Donghae marah.

Tiba-tiba dua orang wanita datang menghampiri mereka. Salah satunya adalah Nona Nay dan seorang lagi adalah seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna coklat kemerahan, tubuhnya langsing dan termasuk tinggi. Dia cantik, sangat cantik bagi Eunhyuk dan Donghae yang melihatnya.

Deg! Deg!

“Wow, harta berharga ya?” Gumam Eunhyuk.

Nona Nay tersenyum dan mengangguk. “Yang ini mahal, tapi karena sepertinya kau butuh, untuk malam ini aku berikan pelayanan spesial untuk teman pelanggan setiaku. Semoga saja kau juga akan jadi pelanggan setiaku.”

“Nah, Jihyun-ah, kau temani dia.” Nona Nay menujuk Donghae, dan wanita yang disebut bernama Jihyun tadi langsung mengambil tempat di sebelah Donghae.

Setelah mengantar pesanan Eunhyuk tadi Nona Nay pamit untuk mengurus pelanggan lainnya. Eunhyuk kembali asik dengan dua wanitanya malam ini dan Donghae sendiri hanya diam.

Dalam pelukannya sekarang ada Jihyun yang asik memainkan kancing kemeja yang Donghae kenakan. Gadis cantik yang sayangnya bekerja dalam dunia kelam ini.

“Aku pergi dulaan.” Pamit Eunhyuk.

Donghae hanya diam sebelum akhirnya dia bertanya pada Jihyun. “Kau juga ingin pergi sekarang?”

“Terserah kau saja.” Sahut Jihyun pasrah.

Mereka pergi. Tidak dengan rangkulan, tidak dengan pegangan tanggan. Hanya berjalan sejajar saja.

Di depan Bar, mobil Donghae sudah disiapkan oleh salah satu pelayan yang tadi dia beri pesan untuk mengambilkan mobilnya. Untungnya setelah melihat Jihyun tadi Donghae tidak minum lagi, jadi dia sedikit lebih sadar saat ini.

“Kau yakin?” Tanya Jihyun tepat saat Donghae membukakan dia pintu mobilnya. “Kalau kau masih mabuk, aku bisa menyetirkannya untukmu.”

Donghae yang tadinya sempat bingung kini mengerti arah pembicaraan Jihyun. “Tidak perlu, aku bisa kalau hanya sampai hotel.”

“Baiklah. Hati-hati.” Pesan Jihyun sebelum akhirnya dia masuk ke dalam mobil Donghae.

Setelah mempersilahkan wanitanya malam ini masuk ke dalam mobil Donghae juga masuk ke dalam mobil itu. Dan meluncur menuju hotel tempat Eunhyuk pesankan kamar untuknya malam ini.

∴∴∴∴

 

“Kau mau minum?” Tawar Donghae pada Jihyun.

Saat ini mereka sudah di dalam kamar hotel yang Eunhyuk pesan untuk mereka.

Jihyun menggeleng. Wanita itu perlahan menurunkan jaketnya yang menutupi tubuh putih mulus miliknya. Ada raut tidak suka di wajah Jihyun.

“Kau mau minum dulu?” Donghae mengangguk dan kembali menenggak minuman di tangannya itu untuk kesekian kalinya.

Jihyun sendiri memilih untuk duduk di samping Donghae. Wanita itu kini hanya mengenakan sebuah tangtop berwarna hitam dan hot pans. Tapi dia membawa selimut dari kasur tadi ke sofa tempat mereka duduk saat ini.

“Kau kedinginan?” Jihyun mengangguk dan merapatkan selimutnya saat menyahuti pertanyaan Donghae yang sekarang sudah jelas-jelas mabuk.

Donghae menaruh gelasnya di meja dan setelah itu mendekat pada Jihyun. Terus mendekatkan wajahnya pada wajah Jihyun yang malah hanya diam.

Jihyun sudah tahu apa yang akan Donghae lakukan dan dia tidak memiliki hak untuk menolaknya. Karena malam ini dia milik Donghae.

Wajah Donghae terus mendekati wajah Jihyun. Bahkan Jihyun sudah bisa mencium bau alcohol dari napas Donghae.

Tapi tepat saat Donghae memeluknya, Jihyun langsung merasa keberatan. Donghae menimpanya dan tidak melakukan apapun. Membuat Jihyun susah bernafas.

Pelan-pelan Jihyun mencoba untuk mengangkat tubuh Donghae yang rupanya tertidur. Dalam hati wanita itu senang bukan main karena malam ini di terbebas dari pekerjaannya yang laknat ini.

Jihyun tidak kuat kalau harus mengangkat Donghae ke kasur jadi dia hanya menyelimuti penyelamatnya itu dan pindah menuju kasur itu. Dia terlalu senang hingga air matanya mengalir begitu saja.

“Terima kasih Tuhan. Kau bebaskan aku lagi dari pekerjaan sial ini.” Ucap Jihyun bersyukur dia duduk meringkuk di atas kasur dalam kamar itu.

Hatinya begitu senang tapi dia tetap sakit ketika mengingat kalau dia sudah terlalu sering melakukan pekerjaan laknat ini. Terlalu sering. Tapi Jihyun masih benar-benar ingin bebas dari pekerjaan ini.

∴∴∴∴

 

Selalu seperti ini memang. Setiap kali Jihyun bebas dari pekerjaan ini dia akan terus berterima kasih pada Tuhan semalam penuh. Dia benar-benar bersyukur karena semua ini.

Entah sudah berapa puluh tetes air mata yang menetes malam ini karena rasa bersyukur Jihyun pada Tuhan.

“Aku merasa sangat bersalah pada eomma dan appa di sana. Aku benar-benar putri yang buruk. Aku mempermalukan mereka Tuhan. Aku ini sangat hina!!” Rancau Jihyun saat dirinya menangis lagi.

Jihyun teringat ayah dan ibunya yang sudah tidak ada dan mungkin sudah berada di surga. “Aku tidak akan bisa bertemu mereka di akhirat nanti, semua karena perkerjaan sial ini. Maafkan aku eommaappa. Maafkan Jihyun.”

“Tuhan, bantu aku bebas. Aku ingin bebas dalam jeratan ini, sungguh-sungguh ingin bebas. Tapi iblis jahat itu terlalu menakutkan bagiku. Bantu aku untuk bebas Tuhan. Kirimkan aku seorang malaikat untuk membantuku. Aku mohon.” Suara Jihyun sudah mulai serak. Dia sudah menangis empat jam penuh dan kini dia mengantuk.

Tanpa sadar Jihyun tertidur dan jatuh ke samping. Harusnya dia jatuh ke lantai tapi Donghae menangkapnya. Jihyun tidak bangun dan masih terus tertidur hingga Donghae menaruhnya di kasur.

“Kau berisik sekali.” Keluh Donghae, tapi dia tahu kalau Jihyun tidak mendengarnya.

Perlahan Donghae mengangkat tangannya mengelap sisa-sisa air mata di kedua pipi Jihyun.

Baru kali ini Donghae mendengar keluhan seperti ini. Ternyata ada orang yang lebih menderita dari dirinya. Itu pikirnya saat dia terbangun karena semua keluhan kesah Jihyun.

Yah, Donghae mendengarnya. Tidak semua tapi Donghae tahu apa yang Jihyun katakan tadi sekitar satu jam sebelum dia menangkap Jihyun tadi.

“Kau wanita baik ya? Kukira semua orang yang sepertimu itu iblis. Ternyata ada juga malaikat di sarang iblis.” Donghae tersenyum saat dia menyelimuti Jihyun dengan selimut yang menyelimutnya tadi.

∴∴∴∴

 

Jihyun terbangun karena kaget. Dia mendengar suara ponselnya berbunyi. Saat diliatnya nama Nona Nay di layar dia langsung mengangkat panggilan itu.

“Iya, aku akan segera pulang.” Itu kata Jihyun sebelum dia menutup telponnya.

Setelah menaruh ponselnya di meja terdekat Jihyun baru sadar kalau hari mulai siang dan kini dia sendirian di dalam kamar ini. Dia juga bingung dengan selimut yang membalutnya saat ini.

Tapi Jihyun tidak terlalu mempermasalahkannya. Dia buru-buru mandi sebelum kembali ke apartement tempat dia dan wanita-wanita lain yang berprofesi sama dengannya tinggal.

Tepat saat Jihyun masuk apartement itu dia langsung disambut oleh teman-temannya. Gayoon dan Hyuna.

Eonnie, bagaimana malammu? Kudengar dari Nona Nay kau pergi dengan teman Eunhyuk oppa.” Hyuna bertanya sambil mengikuti langkah Jihyun yang masuk ke dalam kamarnya. Gayoon sendiri mengikutinya tanpa berkata apapun.

“Biasa saja.” Jawab Jihyun sebelum dia mendudukan dirinya di kasur miliknya. Melepas heels yang dia kenakan dan mendesah menghembuskan nafasnya.

“Masa sih? Dia tidak seheboh Eunhyuk oppa?” Kini giliran Gayoon yang bertanya.

“Mana aku tahu. Aku belum pernah pergi dengan Eunhyuk oppa. Hanya pernah kenal dia saja.” Sahut Jihyun malas. “Sudahlah aku mau istirahat. Aku capek. Kalau ada Nona Nay, bangunkan aku ya?”

Jihyun menarik selimutnya dan tidur begitu saja meninggalkan Hyuna dan Gayoon yang sedari tadi sudah menunggunya.

∴∴∴∴

 

Malamnya Donghae datang ke Bar itu lagi tanpa Eunhyuk dan langsung mencari Nona Nay. Dia benar-benar datang telalu cepat untuk ukuran teman Eunhyuk.

“Ada apa?” Tanya Nona Nay.

“Aku ingin wanita yang kemarin kau berikan padaku untuk menemani aku malam lagi.” Nona Nay tersenyum senang mendengar perkataan Donghae barusan.

“Apa dia memuaskanmu?” Donghae mengangguk sambil menaruh kembali gelas birnya. “Baiklah, tunggu dulu, aku akan panggilkan dia untukmu.”

Donghae tidak melakukan apapun setelah Nona Nay pergi. Dia hanya melihat-lihat tempatnya saat ini dan tidak lama Jihyun datang dengan diiringin oleh Nona Nay.

“Bersenang-senanglah.” Ucap Nona Nay sebelum dia pergi meninggalkan Jihyun dan Donghae berdua.

Mereka hanya diam untuk satu menit pertama, lalu setelah itu Donghae mulai membuka pembicaraan mereka.

“Kau mau menemaniku ke sebuah tempat?”

“Aku?” Jihyun menunjuk dirinya sendiri saat bertanya balik pada Donghae.

Donghae mengangguk. “Iya kau. Kau mau kan menemani aku?”

“Ke mana?”

“Kau akan tahu nanti. Tapi kau maukan?” Jihyun mengangguk ragu. Dia mau karena itu harus, juga karena melihat mata Donghae yang sepertinya memohon padanya.

Kali ini mereka keluar Bar itu dengan bergandengan. Lebih tepatnya lagi Donghae menarik Jihyun untuk berjalan lebih cepat lagi. “Ayo, kalau terlalu malam nanti kau bisa kedinginan lagi.”

Mata Jihyun hanya bisa membelo saat mendengar komentar Donghae barusan.

Seperti kemarin saat keluar Bar itu mobil Donghae sudah siap dan Donghae langsung membukakan pintu untuk wanitanya malam ini. Yah, Jihyun lagi wanita itu.

“Kita mau ke mana sih? Kenapa kau bawa mobilnya cepat sekali?” Tanya Jihyun yang sedari tadi hanya diam.

“Kan sudah aku bilang nanti juga kau akan tahu. Sabar saja.” Saat mengatakan itu Jihyun bisa merasakannya, merasakan sebuah kesenangan yang benar-benar kesenangan dari Donghae. Dia juga jadi semakin penasaran karena Donghae terus saja tersenyum sepanjang jalan itu.

“Kau tidak mabukkan?” Donghae langsung menggeleng saat Jihyun bertanya seperti itu padanya.

“Kalau aku mabuk, aku tidak akan mengajakmu ke tempat itu seperti saat ini.” Jawab Donghae kemudian. Dari tadi pria ini benar-benar terlihat begitu senang. Tapi entah apa yang sedang di pikirkannya, Jihyun juga tidak tahu.

Mereka diam lagi tapi Jihyun berpikir kalau ini saatnya dia mengenal orang yang ada di sampingnya ini. Dari kemarin dia bahkan belum tahu siapa nama pria ini.

“Oh ya, namamu siapa?” Tanya Jihyun yang langsung mendapat sekilas tatapan heran dari Donghae.

“Memangnya penting ya namaku?” Tanya Donghae balik.

“Tidak juga. Tapi kita mungkin akan sering bertemu nanti. Jadi siapa namamu tuan?” Donghae terkekeh karena jawaban Jihyun barusan, juga karena panggilan tuan yang Jihyun berikan padanya.

“Tahu dari mana kalau kita akan sering bertemu?” Donghae tidak menjawab dan malah balik bertanya sambil terkekeh sendiri. Membuat Jihyun malu dengan sikap itu.

“Emm, karena kukira kalau kau akan menjadi pelanggan setia Bar kami.” Donghae mengangguk menerima jawaban yang masuk akal itu. Ternyata wanita di sampingnya ini pintar juga.

“Yah, aku juga berpikir seperti itu. Baiklah, namaku Lee Donghae. Aku sahabat juga sepupu dari Eunhyuk.” Jawab Donghae yang langsung si sambung dengan perkenalan dirinya.

“Oh, aku Nam Jihyun.”

“Namamu terlalu bagus untukmu.” Cela Donghae. Dia hanya bercanda tentunya tapi Jihyun menanggapinya berbeda.

“Aku tahu. Harusnya aku mengganti namaku.” Keluh wanita itu dan itu membuat Donghae sidikit merasa bersalah karena mencela namanya.

Donghae menepuk pelan pundak wanita di sampingnya. “Maaf, aku hanya bercanda. Aku tidak benar-benar mencelamu.”

“Tak apa. Kau pantas mencelaku seperti itu.” Sahut Jihyun yang kemudian memaksakan tersenyum pada Donghae.

Donghae meraih tangan Jihyun kali ini. Dia menggengamnya kuat hingga membuat Jihyun menatapnya. “Tidak. Kurasa kau tidak layak mendapat celaan seperti itu.”

“Maafkan aku ya?” Nada bicara Donghae berubah begitu manja pada Jihyun dan kembali membuat Jihyun heran dengan sikap pria ini.

Jihyun terkekeh pelan mendengar itu. “Baiklah aku memaafkanmu Tuan Lee.”

“Jangan panggil aku seperti itu.” Sahut Donghae. “Cukup Donghae oppa. Bisa kan?”

Jihyun mengangguk dan mengulangi jawabannya. “Aku memaafkanmu Donghae oppa.”

Mereka tersenyum. Yah, tersenyum senang. Entah apa yang begitu menyenangkan hingga membuat mereka terus tersenyum selama perjalanan itu.

∴∴∴∴

 

Sampai di pinggir pantai timur di Gangwondo Donghae membukakan pintu mobil untuk Jihyun dan berjalan menuju pantai sambil menggandeng tangan wanita itu.

Mereka masih terus tersenyum dan bercanda seolah mereka sudah mengenal begitu lama.

Oppa, kenapa kau mengajakku ke tempat ini?” Tanya Jihyun yang kini asik menikmati sapuan ombak di kakinya.

“Karena pantai ini memiliki nama yang sama denganku.” Sahut Donghae yang juga sama-sama menikmati sapuan ombak malam itu.

“Dulu aku dan seseorang sering datang ke tempat ini. Aku senang karena pantai ini memiliki nama yang sama denganku dan begitu pula orang itu.” Cerita Donghae. “Tapi semenjak dia pergi, aku jarang ke sini, aku malas pergi sendiri.”

Jihyun diam sejenak memikirkan apa yang harus dia katakan untuk ini.

“Lalu kenapa oppa mengajakku? Harusnya aku tidak pantas kau ajak ke tempat kenangan seperti ini.” Donghae menatap Jihyun dengan tatapan teduhnya.

Walau pantai itu gelap tapi mata Donghae seperti bintang yang bersinar di langit malam itu. Jihyun bisa melihatnya. Karena mata itu terang.

“Iya juga. Tapi entah kenapa setelah melihatmu kemarin aku jadi ingin mengajakmu ke tempat ini.” Sahut Donghae yang melepas gandengannya dari tangan Jihyun dan berjalan mendekati ombak yang datang.

Oppa nanti kau bisa basah kuyup!!” Teriak Jihyun dari belakangnya tapi Donghae tidak berbalik dia membiarkan dirinya diterpa dinginnya air ombak.

Ini memang bukan musim dingin tapi ini sudah masuk musim gugur dan air pantai dimusim ini bisa dibilang dingin. Walau masih tidak sedingin air dimusim dingin.

Setelah basah kuyup Donghae berlari menghampiri Jihyun yang berdiri di tempatnya tadi. Wanita itu telihat sedikit cemas karena Donghae basah kuyup seperti saat ini.

“Kalau kau sakit karena kedinginan bagaimana?” Omel Jihyun pada Donghae yang kini memeluk dirinya sendiri, marasa dingin.

“Bukannya kau akan menghangatkan aku?” Donghae tersenyum usil pada Jihyun saat bertanya seperti itu.

Tapi Jihyun malah terlihat gugup juga tidak suka. “Yah, itu memang tugasku bukan?”

Donghae kembali terkekeh karena mendengar sahutan Jihyun itu. Dia mengusap kasar kepala Jihyun dan membuat rambut wanita itu sedikit berantakan. “Tenang saja aku tidak akan memintanya. Aku bawa baju ganti di mobilku. Ayo kita cari toilet umum.”

Donghae tidak memperdulikan tatapan heran Jihyun yang kesekian kalinya, dia langsung menarik tangan Jihyun dengan tangannya yang dingin sekali saat ini.

Di dalam mobil yang berjalan pelan karena sedang mencari toilet umum itu, Jihyun terus menggenggam tangan kanan Donghae dan berusaha untuk menghangatkannya. Walau hanya sedikit.

Oppa sih! Kenapa harus mendekat ke ombak seperti tadi? Jadi kedinginan seperti inikan?” Omel Jihyun lagi. Wanita ini benar-benar khawartir.

“Nah, itu toilet umumnya. Kau tunggu di sini ya? Aku ganti baju dulu.” Donghae pergi keluar mobil sambil membawa bungkusan yang isinya baju ganti yang tadi ada di jok belakang.

Setelah Donghae pergi Jihyun memilih untuk menyalahkan tipe mobil itu dan mendengarkan siaran radio yang ada malam itu. Sambil menunggu dan mendegarkan radio yang sedang menyajikan salah satu lagu yang Jihyun suka, Jihyun membuka-buka laci di depannya.

Ada kertas-kertas yang sepertinya itu adalah berkas-berkas kantor Donghae. Baru setelah Jihyun ingin memasukan kertas-kertas itu sebuah kertas jatuh. Jihyun langsung mengambilnya. Ternyata itu foto, bukan kertas biasa.

Di foto itu ada Donghae dan dua orang lain. Yang satunya seorang pria dan satu lagi yang ada di tengah itu seorang wanita.

Karena terlalu asik melihat foto itu Jihyun sampai tidak sadar kalau Donghae datang dan masuk ke dalam mobil itu.

Oppa ini siapa?” Tanya Jihyun setelah Donghae mulai menjalankan mobilnya lagi.

Donghae melihat sekilas dan kembali fokus pada jalanan di depan. “Oh, itu adikku dan istrinya.”

“Dia tampan ya? Istrinya juga cantik. Mereka sangat cocok.” Sahut Jihyun yang kemudian kembali memasukan foto itu ke dalam laci di depannya.

Donghae diam dan hanya fokus pada jalanannya, tidak berniat menyahuti komentar Jihyun tadi.

“Namanya siapa oppa?”

“Siapa?”

“Adikmu.”

“Oh, Cho Kyuhyun. Dia bukan adik kandungku, ayahnya dan ibuku menikah saat aku berumur lima belas tahun. Jadi margaku dan dia berbeda.”

Jihyun mengangguk-anggukan kepalanya dan kembali bertanya. “Lalu isrtinya ini siapa?”

“Seo Joohyun.” Jawab Donghae. “Tapi sekarang Cho Joohyun.”

∴∴∴∴

 

Donghae dan Jihyun sampai di apartement Donghae saat tengah malam. Dan mereka langsung pergi tidur.

Donghae benar-benar serius saat dia mengatakan tidak akan meminta Jihyun menemani tidurnya. Karena saat sampai di apartementnya Donghae langsung menyuruh Jihyun untuk tidur di ranjangnya, sedangkan dia memilih untuk tidur di sofa depan TV.

Oppa kau yakin?” Tanya Jihyun memastikan.

“Kau ingin aku berubah pikiran?” Jihyun menggeleng. “Ya sudah tidur saja.”

Jihyun hanya menurut dan langsung bebaring di ranjang milik Donghae. Dia bersyukur malam ini dia terbebas lagi dari pekerjaan sial ini.

Dalam hatinya wanita itu berdoa pada Tuhan dan berterima kasih atas segala sesuatu yang Tuhan berikan padanya malam ini.

Donghae sendiri sibuk dengan ponselnya mengetik sebuah pesan untuk adiknya yang sekarang ini ada di Jepang. Mengurus cabang bisnis keluarga mereka yang ada di sana.

Barulah setelah selesai dengan pesan itu, Donghae mendekati Jihyun yang sudah benar-benar tertidur. Donghae tersenyum, dia terlalu senang melihat wanita ini.

Wanita cantik juga baik. Itu bagi Donghae.

Dalam hatinya Donghae juga berjanji kalau dia akan menjaga wanita ini. Wanita cantik yang memberinya sebuah senyum baru.

Karena mendengar Jihyun kemarin Donghae jadi tersadar kalau dia bukan satu-satunya manusia yang mendapat cobaan dari Tuhannya. Itu sebabnya dia ingin membuat wanita itu senang dan ingin menjaganya juga.

∴∴∴∴

 

Setelah malam itu, setiap malam Donghae selalu datang ke Bar itu dan meminta Nona Nay menyuruh Jihyun untuk menemaninya. Tapi Donghae benar-benar tidak menyentuh wanita itu. Dia hanya mengajak Jihyun jalan-jalan dan setelah itu mengajak Jihyun menginap di apartemntnya. Tidak lebih.

Oppa..” Jihyun memanggil Donghae saat Donghae barus aja ingin keluar apartementnya. Pagi ini Donghae harus melakukan presentasi di depan ayahnya. Jadi dia sangat buru-buru.

“Jihyun-ah, kita bicara nanti malam saja ya? Aku harus berangkat pagi-pagi.” Ucap Donghae yang langsung menjelaskan bahkan sebelum Jihyun menahannya lebih dari hanya sekedar panggilan.

“Tapi..”

“Baiklah nanti sore aku akan menjemputmu lebih awal. Aku janji, tapi tidak pagi ini.” Setelah itu Donghae pergi keluar. Meninggalkan Jihyun yang bahkan masih terduduk di ranjang milik Donghae.

Ini sudah sebulan penuh Donghae memperlakukannya seperti ini. Menyewa Jihyun untuk menemani malamnya tapi sama sekali tidak menyentuh Jihyun.

Jihyun bersukur. Sangat bersukur bahkan. Tapi dia bingung dengan semua ini. Ada apa dengan pria itu? Kenapa dia membuang uangnya hanya untuk membebaskan Jihyun dari pekerjaan sialnya ini?

Dan, memangnya Donghae benar-benar sedang mencoba membebaskannya?

Jihyun bingung. Dia sama sekali tidak tahu jawabannya. Dan dia penasaran apa jawabannyanya.

∴∴∴∴

 

“Kudengar kau selalu meminta wanita yang sama saat datang ke Bar itu. Apa itu benar?” Donghae mengangguk pada Eunhyuk, sahabatnya yang saat ini sedang merangkap menjadi supirnya.

“Kenapa memang dengan wanita itu? Dia selalu memuaskanmu?” Donghae diam karena sibuk mengirimi Jihyun pesan singkat untuk bersiap dijemput olehnya.

Eunhyuk kembali bertanya karena tidak dijawab. “Boleh sekali-kali aku memakainya?”

Pertanyaan yang kali ini berhasil membuatnya di dengar oleh Donghae. Sahabatnya itu langsung memandang Eunhyuk dengan tatapan tidak suka, atau bahkan benci.

“Jangan harap!”

Hanya seperti itu yang Donghae katakan sebelum dia kembali sibuk dengan ponselnya dan pesan-pesan dari Jihyun juga Kyuhyun.

“Kau jatuh cinta pada wanita itu?” Donghae kembali tidak menjawab pertanyaan Eunhyuk sekalipun dia mendengarnya.

“Kau tahu dengan pasti apa yang akan ayahmu katakan kalau kau berhubungan dengan wanita seperti itu.” Eunhyuk memperingatkan.

Donghae menoleh sebentar dan kembali pada ponselnya. “Dia tidak ada hak untuk menentukan siapa yang ingin aku nikahi. Anaknya itu Kyuhyun, bukan aku.”

Eunhyuk tertawa geli mendengar itu. Ini kali pertamanya dia mendengar Donghae membicarakan ayah tirinya itu dengan nada seperti itu.

Selama ini Donghae yang Eunhyuk kenal adalah Donghae yang selalu pasrah, tapi sepertinya wanita itu berhasil mengenalkan cara memberontak pada sepupu sekaligus sahabatnya itu.

“Jadi kau sudah berniat untuk menikahi wanita itu?” Tanya Eunhyuk curiga.

“Aku tidak bilang seperti itu.” Sahut Donghae.

“Kau bilang.” Ucap Eunhyuk tidak mau kalah. “Kau bilang ayah tirimu tidak berhak menentukan siapa yang ingin kau nikahi. Itu berarti kau ada niatan untuk menikahi wanita itu.”

Donghae diam sebentar dan coba mengingat-ingat kata-katanya tadi. Mencoba mencernanya. Baru setelah itu dia sadar kalau dia memang salah berkata seperti itu.

“Tapi aku bingung. Kenapa kau selalu meminta wanita itu?”

Donghae hanya tersenyum dan tidak menjawab hingga mereka sampai di Bar itu lagi. Donghae langsung menemui Nona Nay dan meminta Jihyun untuknya lagi. Sedangkan Eunhyuk hanya meminta disiapkan yang terbaik.

Sementara menunggu Donghae dan Eunhyuk mengobrol, membicarakan Kyuhyun juga Joohyun yang sekarang sudah tidak pernah memberi kabar pada mereka.

“Donghae oppa,” sapa Jihyun saat dia datang bersama salah satu temannya yang juga cantik dan sexy.

Donghae langsung menggeser tempatnya, mempersilahkan wanitanya itu untuk duduk di dekatnya. “Jihyun-ah, malam ini aku tidak pulang. Kita menginap di hotel saja ya?”

Jihyun mengangguk dan memeluk lengan Donghae manja. Karena sudah punya hubungan yang lumayan dekat, Jihyun sudah berani bersikap manja pada Donghae, dan Donghae sendiri tidak keberatan untuk itu.

Eunhyuk yang mendengar dan melihat adegan di depannya itu hanya bisa membelo. Donghae dengan wanita di sebelahnya itu sedang saling bermanjaan?

Mungkin ini mimpi Eunhyuk. Yah, mimpinya terkabul karena akhirnya Donghae bisa melupakan sosok Joohyun yang dulu sangat dicintai Donghae. Tapi karena Kyuhyun dan ayah tirinya, Donghae harus mengalah dan menyerahkan cintanya itu untuk Kyuhyun.

∴∴∴∴

 

“Kenapa oppa melakukan hal ini?” Jihyun mengulangi pertanyaannya untuk yang kesekian kalinya dan Donghae masih tidak menjawabnya juga.

Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju hotel.

“Nanti aku jawab kalau kita di hotel saja.” Akhirnya Donghae bersuara. Mungkin dia mulai tidak betah dengan semua ocehan Jihyun.

“Kenapa harus di hotel? Apa susahnya menjawa sekarang?” Jihyun menggerutu sambil memanyunkan bibirnya. Membuat Donghae yang sempat menoleh sebentar jadi tertawa geli melihatnya.

“Kalau aku jawab sekarang kau bisa saja kabur.” Jihyun menatap Donghae penasaran karena jawaban itu.

Jihyun akhirnya mengalah dan memilih untuk menunggu sampai di dalam kamar hotel baru kembali bertanya pada pria yang selalu menyelamatkannya dari pekerjaan sial ini.

Di dalam kamar hotel, Donghae menonton TV sementara Jihyun mengganti bajunya dengan baju tidur di kamar mandi. Baru setelah itu Jihyun kembali mengulangi pertanyaan yang sama.

“Kau benar-benar ingin tahu apa alasannya?” Jihyun mengangguk antusias. “Yakin tidak akan menyesal?”

“Memang apa sih? Oppa jangan bikin penasaran dong.” Donghae tertawa dan kembali mengusap kepala Jihyun membuat Jihyun harus menata ulang rambutnya itu.

Donghae menghirup napas dan menghembuskannya baru menjawab. “Aku hanya ingin menjadi malaikatmu.”

Karena Jihyun hanya diam, Donghae memilih untuk melanjutkan kata-katanya.

“Aku ingin membebaskanmu. Menjagamu layaknya seorang malaikat. Bolehkan?”

“Tapi kenapa?” Jihyun balik bertanya. Di wajahnya terlihat dengan jelas kalau wanita ini kaget dengan apa yang baru saja dia dengar.

Donghae mengangkat bahunya. “Aku juga tidak tahu. Aku hanya merasa itu harus bagiku.”

Jihyun diam sebentar sebelum akhirnya dia kembali berkata. “Oppa tidak akan bisa melakukan ini terus-menerus. Suatu saat nanti oppa pasti berkeluarga, oppa tidak mungkin bisa menolongku seperti ini.”

“Tentu saja bisa. Aku hanya tinggal membawamu pergi dari tempat ini jauh-jauh.” Sahut Donghae bangga, Donghae merasa kalau pemikirannya adalah pemikiran yang sangat cerdas.

“Aku tidak bisa lepas dari Nona Nay. Aku masih harus bekerja untuknya sampai lima tahun ke depan.”

“Kenapa tidak bisa?”

“Karena aku terikat kontrak dengannya. Aku terikat kontrak yang mengharuskan aku bekerja untuknya sampai umurku dua puluh delapan tahun. Kalau tidak aku harus membayar denda yang sangat besar.” Jelas Jihyun yang sekarang sudah menunduk sedih. Menyembunyikan wajahnya dari Donghae.

Lebih tepatnya menyembunyikan matanya yang mulai basah.

“Kontrak apa? Perkerjaanmu juga ada kontraknya?” Jihyun mengangguk lemas.

“Kami yang bekerja dengan Nona Nay sudah menandatangani perjanjian kontrak kerja yang semuanya berakhir saat umur kami dua puluh delapan tahun. Dan itu masih lima tahun lagi bagiku.”

Donghae menggeleng tidak percaya dengan apa yang dia ketahui saat ini.

“Berapa denda yang harus kau bayar?”

“Seratus juta.” Mata Donghae membelo mendengar itu. Nona Nay memang pintar mencari bisnis yang menguntungkan baginya. Tidak di ragukan lagi otak bisnis wanita tua satu itu.

Donghae mengendus kesal karena jawaban Jihyun barusan, tapi dia bisa apa? Dia memang sudah berjanji pada dirinya sendiri. Jadi dia harus merelakannya.

“Baiklah, besok kau batalkan perjanjian itu. Aku yang akan bayar uang ganti ruginya.” Gantian Jihyun yang membelo kali ini.

Oppa serius?” Donghae menangguk pelan. “Tapi seratus juta itu bukan nominal yang kecil oppa.”

Donghae tidak menjawabnya lagi dan malah menarik Jihyun menuju ranjang yang ada di belakang mereka. “Kau tidak usah memikirkan itu. Sekarang ayo tidur.”

Jihyun hanya berdiri saat melihat Donghae juga naik ke atas ranjang itu. Biasanya Donghae akan tidur di sofa dan membiarkan dia yang tidur di ranjang sendirian.

“Badanku sakit tidur di sofa terus. Aku juga ingin tidur di sini. Kau tenang saja, aku tidak akan menyentuhmu.”

Walau ragu Jihyun naik ke ranjang itu dan berbaring di samping Donghae. Matanya memandang langit-langit karena ini kali pertamanya dia tidur bedua dengan Donghae.

“Sebenarnya, sekalipun kau menyentuhku, aku juga tidak bisa menolakmu. Itu pekerjaanku.” Gumam Jihyun sebelum dia membaringkan tubuhnya tadi.

Deg-deg-deg Deg-deg-deg

Jihyun memejamkan matanya mencoba untuk menormalkan detak jantungnya yang tidak karuan saat ini. Jihyun tidak ingin Donghae mendengernya.

“Tidurlah, dan besok pagi-pagi kita temui Nona Nay. Akan aku bayar besok pagi. Kau tenang saja.”

Jihyun tahu kalau Donghae punya banyak uang. Tapi yang jadi masalah setelah itu Jihyun harus apa? Setelah Donghae membelinya dari Nona Nay, dia harus berbuat apa untuk Donghae? Pria ini saja tidak mau menyentunya.

Karena memikirkan itu berulang kali otak Jihyun jadi lelah dan lambat laun wanita cantik itu tertidur di samping Donghae yang masih belum bisa tertidur.

Dalam kepala Donghae dia sedang memikirkan alasan apa yang bisa dia gunakan agar ayah tirinya tidak marah. Tapi akhirnya dia memutuskan untuk tidak perduli dengan itu. Toh, dia bukan anak kandungnya.

“Jihyun-ah, kalau kau mau tahu. Bagiku kau jauh lebih mahal dari hanya sekedar seratus juta.” Donghae mengelus pelan kepala Jihyun yang tertidur di sebelahnya.

Jujur saja, sebenarnya selama ini Donghae selalu menyentuh Jihyun setiap kali wanita itu sudah tertidur. Donghae suka sekali saat dia bisa mengelus pipi lembut Jihyun dan rambut coklat kemerahan Jihyun itu.

Wanita ini cantik, dan Donghae tahu kalau hati wanita ini jauh lebih cantik. Dia hanya kotor karena pekerjaannya yang hina ini. Hanya itu.

∴∴∴∴

 

“Kau ingin membelinya?” Donghae mengangguk menjawab pertanyaan Nona Nay.

Saat ini mereka ada di Bar milik Nona Nay. Karena masih pagi Bar ini masih tutup, tapi karena Donghae datang dengan Jihyun, Nona Nay mau menerima mereka.

“Kau tahu berapa harganya?” Lagi Donghae mengangguk.

“Seratus juta dan aku sudah bawa ceknya.” Jawab Donghae yang masih bertahan dengan gaya Stay Cool-nya.

“Kau serius ingin membelinya?” Donghae mengangguk saat Nona Nay menunjuk Jihyun yang duduk di sebelahnya.

“Aku jatuh cinta padanya. Aku ingin membuatnya hanya menjadi milikku. Bolehkan Nona Nay?”

Nona Nay mendesah dan kemudian menjawab. “Tentu boleh kalau kau membayar dendanya.”

“Tapi kau harusnya sudah tahu kalau dia bukan lagi seorang gadis. Dia sudah bekerja di dunia seperti ini dua tahun. Aku hanya ingin mengingatkanmu agar kau tidak menyesal.” Donghae menyimak perkataan Nona Nay.

“Aku tahu. Jihyun sudah menceritakan semuanya. Dan aku bisa menerima semua itu.” Donghae merangkul Jihyun yang sedari tadi hanya menunduk. “Aku mencintainya. Itu alasan paling kuat untuk aku bisa menerimanya.”

Nona Nay menggelengkan kepalanya, tidak percaya dengan apa yang Donghae lakukan saat ini. Tapi saat dia ingat kalau Donghae mencintai Jihyun dia tesenyum. Dia pikir yang ada di sarang iblis hanya iblis saja. Tapi nyatanya Donghae bisa menemukan malaikat di sarang iblisnya ini.

“Baiklah, aku akan ambil surat perjanjiannya.” Nona Nay pergi menuju runagannya meninggalkan Donghae dan Jihyun berdua.

Jihyun menggenggam tangan Donghae kuat-kuat seolah ini adalah sesuatu yang sulit dia lakukan. “Kenapa oppa bilang kalau oppa mencintaiku? Nona Nay tidak mungkin mudah dibohongi.”

“Itu satu-satunya alasan yang masuk akal untuk saat ini.” Sahut Donghae yang kini balik menggenggam kuat tangan Jihyun. Berharap kalau Jihyun tidak terlalu tegang lagi.

Tidak lama Nona Nay datang dengan sebuah map yang Jihyun kenali. “Ini kertas perjanjiannya. Kau bisa mengambilnya setelah kau berikan aku uangnya.”

Donghae mengambil cek dari saku dalam jasnya. Sambil tersenyum senang dia berikan cek yang sudah dia tanda tangani dan tertulis nominal yang besar di sana.

“Aku tunggu undangan pernikahan kalian nanti.” Itu kata tertakhir Nona Nay sebelum Donghae dan Jihyun pergi dari Bar itu.

“Mulai sekarang kau milikku.”

∴∴∴∴

 

“Mulai sekarang kau milikku Nam Jihyun.” Donghae datang dan memeluk Jihyun dari belakang.

Pulang dari Bar tadi Jihyun langsung di antar ke apartement Donghae dan di suruh tinggal di sana sampai Donghae pulang. Dan sekarang saat Donghae pulang, dia datang lalu memeluk Jihyun dan mengatakan pengakuan itu lagi.

Jihyun tidak bermasalah dengan itu. Pada kenayataannya dia memang sudah dibeli oleh pria yang memeluknya saat ini.

Merasa Jihyun yang hanya diam Donghae mempererat pelukannya pada Jihyun. “Kau tidak dingin berdiri di balkon seperti ini?”

Jihyun menggeleng. Wanita cantik itu masih memikirkan apa alasan yang masuk akal hingga Donghae mau membeli wanita macam dia.

“Ayo masuk. Kalau kau sakit besok kita tidak bisa menemui appa dan eommaku.” Mendengar itu Jihyun langsung melepas pelukan Donghae. Menatap pria itu heran dan tidak percaya.

“Untuk apa kita menemui orang tuamu?”

Donghae kembali mengacak-acak rambut wanitanya itu. “Aku ingin mengenalkanmu pada mereka. Aku ingin mereka merestui hubungan kita.”

Oppa bercanda?”

Donghae menggeleng. “Memangnya aku terlihat seperti sedang bercanda?”

Jihyun diam. “Dan kau pikir uang seratus juta itu layak untuk bermain candaan seperti ini?”

Jihyun masih diam. Dia tidak percaya dengan semua ini. Donghae membelinya untuk menjadikan wanita seperti Jihyun menjadi istri? Apa pria ini bodoh?

Jihyun senang bisa terbebas dari perkerjaan laknatnya itu. Dia senang Donghae mau menjadi malaikat yang membebaskannya. Dia juga senang karena Donghae menyayanginya, walau Jihyun tidak tahu apa yang membuat Donghae begitu sayang padanya.

Tapi apa ini masuk akal? Donghae ingin memperkenalkan Jihyun pada orang tuanya? Dia ingin Jihyun menjadi istrinya?

Oh, atau mungkin Donghae ingin Jihyun di kenal sebagai temannya. Iya itu ada benarnya. Harusnya Jihyun memikirkan alasan itu sedari tadi.

“Aku yakin mereka pasti menyukaimu. Sekalipun tidak, mereka tidak bisa melarangku untuk menikahimu.” Mata Jihyun membelo.

“Menikah?”

“Iya, aku ingin kau menjadi istriku. Kau keberatan?”

Jihyun harus jawab apa sekarang? Dia tidak memiliki hak apapun untuk menolaknya tapi dia masih tidak yakin dengan segala sesuatu yang Donghae katakan padanya.

Donghae mendekat lagi pada Jihyun dan memberikan jaketnya agar Jihyun tidak terlalu kedinginan. “Kau tahu? Sepertinya Tuhan sangat menyayangimu. Karena dia langsung mengebulkan permintaanmu setelah kau berdoa malam itu.”

“Apa maksudmu?”

“Kau meminta seorang malaikat, dan Tuhan memberimu aku. Seseorang yang jatuh cinta padamu karena doa yang kau minta pada Tuhan.”

Jihyun diam. Memang dia bisa apa? Dia bahkan tidak bisa berbuat banyak hal. Itu sebabnya dia ada di dunia kelam itu selama dua tahun.

Perlahan mata Jihyun yang sudah mulai memanas meneteskan air matanya yang sebenarnya ingin Jihyun tahan. Tapi gagal.

“Kau boleh menangis malam ini, tapi tidak untuk besok dan seterusnya. Kau harus bahagia, karena kau memiliki aku sebagai malaikatmu.” Jihyun mengangguk dan memeluk Donghae. Membiarkan air matanya jatuh dalam pelukan Donghae.

Donghae sendiri hanya mengelus lembut kepala Jihyun. Dia tidak tahu apa yang membuatnya melakukan semua ini. Dia hanya mengikuti apa yang hatinya inginkan. Hanya itu.

Meminta Jihyun menemaninya setiap malam, tidak menyentuh Jihyun sama sekali, dan membayar uang denda yang menjerat Jihyun dan ingin menikahi wanita ini. Semua itu dia lakukan karena hatinya yang memerintahnya.

Baru kali ini Donghae bersyukur saat otaknya tidak bisa berpikir dengan baik dan hatinya yang mengambil kendali atas semua tindakannya.

“Kau malaikatku. Malaikat yang aku temukan di sarang iblis.”

∴∴∴∴

Tinggalkan komentar